Gambar : PKS/Partai Keadilan Sejahtera
Lebih jelasnya ada yang mendukung Pemerintah dan ada yang mendukung Oposisi, perlu diketahui partai-partai Islam kini terpecah-pecah dan sulit bersatu akibat mengerucutnya kubu yang saling bertolak belakang.
Di Indonesia ada salah satu partai politik yang bernama PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Partai ini merupakan anak kandung Hizbut Tahrir dan saudara jauh dari partai politik islam di Mesir, Ikhwanul Muslimin. PKS sejak lama berbeda ideologi dengan partai-partai islam pada umumnya. Berbeda dengan partai islam yang lebih nasionalis seperti PKB, PPP maupun yang dulu telah bubar.
PKS mengakui dirinya memiliki rencana jahat untuk merebut kekuasaan dengan segala macam cara. Isu-isu hangat yang menggelembung semakin menunjukkan bahwa mereka kali ini berada diatas angin.
Boleh jadi kita terlena dengan slogan-slogan yang kalimatnya sok-sok'an berbunyi bela agama, bela ulama atau bela umat dan sebagainya. Tetapi, dibalik slogan-slogan yang nampaknya menjadi daya tarik ini rupanya ada konspirasi terselubung' untuk menghimpun kekuatan besar guna merebut kekuasaan dan mengubah ideologi negara yang sah menjadi ideologi bertema keagamaan (Yang Sejatinya Ideologi Sekte).
Mungkin kita belum terlambat menyadarinya dari pada menyesal di kemudian hari bahwa ancaman dibalik Politik Identitas yang digaungkan PKS amatlah nyata dan membahayakan Kebhinekaan Bangsa. Patut diakui bahwa kini sudah banyak korban-korban berjatuhan dibalik ganasnya Politik Identitas khas PKS.
Kelompok/Partai Politik Islam Ikhwanul Muslimin di Mesir sekarang saja sudah sekarat setelah pimpinan tertingginya, Muhammad Mursi wafat di dalam penjara setelah dicabut hak mandat kekuasaannya oleh pimpinan Angkatan Bersenjata Mesir, Jenderal Abdul Fatah El Sisi. Di Indonesia PKS lebih banyak perannya merusak dan menghancurkan kerukunan antar umat beragama dan umat se-agama yang berbeda sekte.
Konflik antar sekte kerap juga terjadi di zaman ini meski sudah lama didamaikan lewat kekuatan Poros Ketiga pada zaman awal Reformasi. Namun, dua dekade lebih kedepan malah menjadi seperti yang kita alami sekarang.
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) merupakan ayah dari Ikhwanul Muslimin dan PKS, mereka datang ke Indonesia sejak tahun 1980. HTI sendiri merupakan kelompok minoritas muslim yang terakhir kali muncul dan sempat bermarkas di kampus-kampus Bogor sebelum akhirnya pindah ke DKI Jakarta.
Menjelang Reformasi, jumlah pengikut kelompok ini kian bertambah mulai dari orang-orang yang dulunya jenuh dengan kehidupan Liberal hingga para anak-anak muda yang dulunya pernah menjadi biang kerok seperti pemabuk dan pemerkosa.
Hizbut Tahrir Indonesia menelurkan organisasi politik yang disebut Partai Keadilan Sejahtera yang kebanyakan adalah kader-kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Hubungan antara Hizbut Tahrir dengan HMI amatlah akrab seperti layaknya bapak dan anak.
Pentolan HMI yang tersohor ialah Hidayat Nur Wahid (Wakil Ketua MPR), Ismail Yusanto (Kader HTI) dan Fadli Zon (Sekarang Di Partai Gerindra). Mereka bertiga memiliki peran penting mengembangkan semangat kebanggaan terhadap Islamisme yang sejatinya semu.
Mereka menjadikan Islam sebagai nama dibalik perlindungan bagi kejahatannya merusak keberagaman dan keseluruhan bangsa. Timbul pula rencana untuk mendirikan negara Islam berbasis sistem pemerintahan Syar'i yang disebut Khilafah. Yang jelas siapakah pemimpin yang pantas jika negara Islam berbasis Khilafah ini berdiri ?
Yang menarik perhatian adalah sosok murah senyum namun bengis, dia adalah mantan Rektor kampus liberal Universitas Paramadina' Anies Rasyid Baswedan atau disapa Anies Baswedan.Patut diketahui pada tahun 2009 silam, orang ini datang ke Doha, Qatar guna menemui Syekh Yusuf Al Qadharawi yang merupakan Dedengkot Hamas (Partai Politik Islam). Didampingi Hidayat Nur Wahid, ia berbicara mengenai nasib saudara jauh Hamas di Indonesia.
Hidayat Nur Wahid mengakui bahwa PKS memang partai yang amat populer di negerinya bahkan menjadi idola kaum muslimin dari kalangan terpelajar. Syekh Yusuf Al Qadharawi amat senang mendengar berita yang disampaikan oleh Hidayat Nur Wahid. Kenapa ? Semakin banyak orang mengagumi PKS maka semakin banyak pula pengikut de facto Hamas di Indonesia.
Otomatis mengagumi PKS sama dengan mengagumi Hamas, mengagumi Hamas sama dengan mengagumi Ikhwanul Muslimin, mengagumi Ikhwanul Muslimin sama dengan mengagumi Hizbut Tahrir. Jelas, kita sudah dipermainkan oleh manusia-manusia jahat itu dengan praktik-praktik licik berbalut kepentingan agama padahal hanya untuk menyejahterakan kelompoknya sendiri.
Negara Islam berbasis pemerintahan Khilafah adalah agenda lama yang kerap diperbincangkan. Anies Baswedan yang semula merupakan anggota kader JIL atau merupakan kepanjangan dari Jaringan Islam Liberal kini secara kasat mata menjadi bagian dari keluarga PKS (Meski dirinya sendiri sempat mengaku golongan independen).
Syekh Yusuf Al Qadharawi berharap suatu saat salah satu diantara kedua orang yang berkunjung di kediamannya ini bisa memegang tongkat komando atas kekuasaan rakyat (Khususnya Umat Islam).
Dan nyata betul, Anies Baswedan kini telah menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama. Kemenangan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah berita bagus untuk Ikhwanul Muslimin beserta antek-anteknya.
Demikian, kita mengerti apa yang akan terjadi jika Anies Baswedan diberi wewenang untuk berkuasa lebih jauh lagi. Maka bukan tidak mungkin mimpi untuk mendirikan Negara Islam berbasis pemerintahan Khilafah bisa terwujud dalam waktu dekat.
Alangkah malangnya bangsa Indonesia yang masih dilanda kesusahan, harus menyaksikan datangnya Figur Angkara Murka berkuasa memakai topeng Malaikat. Namun, saat ini dukungan untuk Anies Baswedan semakin melemah karena selama menjabat sebagai Gubernur DKI ia tidak mampu bekerja dengan baik.
Bahkan rakyat di seluruh Kota Jakarta telah bersumpah tidak akan memilih Anies Baswedan lagi sebagai calon gubernur petahana dalam Pilkada 2024 nanti. Sebabnya jelas, Anies Baswedan selalu menjaga jarak dengan Pemerintah Pusat dan berbuat semaunya sendiri hanya untuk mengenyangkan perut para pendukungnya.
Lebih-lebih banyak pendukung setianya yang berharap dia bisa jadi orang nomor satu di negeri ini yaitu Presiden RI. Kalau Anies Baswedan menjadi Presiden RI maka tanda-tanda yang tidak baik akan jadi kenyataan.
Walau baru perkiraan sepertinya kabar macam ini bisa jadi hantu yang siap meneror orang-orang yang tidak sepaham dengan jalan pemikirannya. Negara Islam berbasis pemerintahan Khilafah memang bukan target main-main namun suatu tujuan nyata untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam Murni tanpa agama-agama lain.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar