Bicara soal musik dangdut, tidak lepas dari nama besar Rhoma Irama.
Tapi kali ini ada suatu hal yang berhubungan dengan ketenaran sang raja dangdut pada masa mudanya.
Hal tersebut adalah plagiarisme, hal semacam ini dari dulu sudah membudaya ketika seseorang memperkenalkan hal baru yang kemudian hari ditiru oleh orang lain.
Tidak terkecuali gaya bermusik, Rhoma Irama menciptakan musik dangdut yang berbeda dari sebelumnya, Lagu-lagunya tidak lagi bernuansa melayu, india dan arab. Melainkan bercampur dengan nuansa yang kala itu sedang populer' seperti nuansa genre Funk, Rock, Jazz dan Blues sehingga variasi aransemennya beraneka ragam.
Terkhusus untuk musisi yang satu ini, dialah Sumarno' pria yang berasal dari Indramayu, Jawa Barat ini adalah fans garis keras sang raja dangdut. Dia sebetulnya adalah seorang musisi tarling (Gitar Suling) sejak awal tahun 70an, memang tadinya dia adalah fans setia H. Abdul Adjib yang kerap memainkan lagu tarling tradisional.
Namun, sejak akhir tahun 70an tepatnya 1978' musik tarling yang semula seperti halnya musik gending di Solo dan Jogja, kini berubah jadi musik Tarling Dangdut. Hal itu juga tidak lepas dari pengaruh kuat sang raja dangdut Rhoma Irama. Sumarno kemudian pergi ke salon untuk membenarkan model rambutnya yang semula mirip John Lennon kemudian dibuat persis seperti Rhoma Irama.
Ia kemudian menambahkan nama belakangnya dengan sebutan Romanza, karena dia biasa dipanggil Nano oleh teman-teman di kampungnya maka ia menamai dirinya sebagai Nano Romanza.
Cukup aneh namun punya nilai jual tinggi yang saat itu belum pernah dilakukan oleh musisi lainnya. Grup musik Tarling pimpinannya, Nano Group yang ia dirikan sejak tahun 1970 pun berubah nama menjadi Rolista Group.
Rolista sendiri merupakan singkatan dari Rombongan Lingkungan Seni Tarling, grup ini semula berkiblat pada Musik Tarling ala H. Abdul Adjib lantas pindah haluan menjadi plagiat Soneta Grup yang tentunya Nano Romanza sebagai Rhoma Irama KW.
Ketika masih bernama Nano Group, grup musik Tarling milik Nano Romanza merilis album secara indie label yakni "Kawin Tuwin" dan 'Blenakan" pada medio 1979-1980. Keinginan Nano Romanza untuk menjadi musisi papan atas pun semakin menggelora ketika ada seorang produser rekaman yang terpukau dengan aksinya menyanyikan lagu tarling dengan gaya ala Rhoma Irama.
Sekitar tahun November 1983, Nano Romanza mendapat kontrak dari label rekaman FILA Record. Kemudian dirilislah album mayor label perdana milik Nano Romanza dengan judul "Halilintar". Di saat yang sama muncul juga Mara Karma yang merilis album berjudul "Resesi" dan album tersebut dipromosikan lewat acara musik TVRI "Aneka Ria Safari".
Nano Romanza mulai terkenal dan banjir undangan show dimana-mana bahkan ia kerap diminta menyanyikan lagu-lagu Rhoma Irama meski pun saat itu sang raja dangdut sedang dicekal. Untungnya, Nano Romanza tidak mengalami pencekalan seperti yang dialami sang idola.
Bahkan Nano Romanza juga berkesempatan untuk pentas di TVRI lewat acara yang sama dimana Mara Karma terlebih dahulu pentas disitu. Menariknya, pentas Nano Romanza di TVRI masuk liputan majalah Tempo Edisi April 1984. Disitu, majalah TEMPO mewawancarai secara eksklusif sang plagiator dari Indramayu tersebut.
Suksesnya album "Halilintar" diikuti oleh suksesnya album "Borobudur" dan "Serupa Tapi Tak Sama" yang juga laku keras di tengah lesunya angka penjualan kaset original akibat maraknya kaset bajakan.
Begitu majalah TEMPO beredar, seluruh warga Indramayu dibuat gempar dan mulai merasa ada idola yang mewakili masyarakat pantura pada masanya. Puncak ketenaran Nano Romanza terjadi pada tahun 1985 dimana menjelang HUT RI Ke 40 Tahun, Nano Romanza kembali merilis album yang lebih menjurus ke "Propaganda Nasionalisme" yang mana rilisan kepingan kasetnya ini dijual sebulan sebelum event 17 Agutusan.
Album ini diberi nama "Merdeka", ketika promo tour album ini diselenggarakan' Nano Romanza yang semula berdandan total ala Rhoma Irama justru merubah sedikit penampilannya dengan setelan bercorak harimau loreng dan harimau tutul (macan tutul).
Sejak saat itu Nano Romanza dijuluki Macan Dangdut, karena ia mulai memakai kostum seperti itu agar terlihat garang di atas panggung. Tapi selepas itu ketenaran Nano Romanza merosot akibat perbuatannya sendiri di luar panggung.
Konon kabarnya menurut penuturan kawan-kawan sesama musisi yang tergabung di Rolista Group mengatakan, Nano Romanza sejak tenar jadi musisi ia mulai kaya raya dengan bayaran 1 Juta Rupiah per show.
Uangnya itu ia gunakan untuk menikah lagi (Berpoligami), malahan hal ini sudah tercium sejak Nano Romanza belum tenar seperti sekarang.
Nano Romanza sendiri sebetulnya sudah menikah sejak lulus SMP dan tidak melanjutkan pendidikannya ke SMA karena tidak betah menimba ilmu sambil bermusik.
Bagi Nano Romanza, bermusik lebih mengasyikan daripada harus menimba ilmu yang belum karuan bisa mendatangkan uang.
Puncak kebobrokan Nano Romanza terjadi saat ia dikabarkan menikahi seorang gadis dengan mas kawin sebuah mobil sedan seharga 4 Juta Rupiah.
Sontak, istri pertama Nano Romanza terguncang mendengar hal ini karena ketenaran telah membutakan mata hatinya dan melunturkan kesetiaannya terhadap istri yang ia nikahi sejak berusia 16 tahun.
Otomatis, rumah tangga sang Macan Dangdut pun tumbang di tengah gemerlapnya dunia showbiz. Seolah tiada peduli, Nano Romanza tetap lanjut berkarya meski rumah tangganya hancur berkeping-keping.
Meski tetap berkarya seperti biasa, Nano Romanza semakin gila dengan perempuan dan tidak tanggung-tanggung bisa mengajak kawin secara siri. Awal 1990 merupakan era paling kelam dalam karir Nano Romanza, setelah pencekalan TVRI terhadap Rhoma Irama berakhir pada tahun 1988' membuat sang raja dangdut kembali muncul di televisi.
Otomatis, Nano Romanza mulai tidak berani menampakan batang hidungnya di layar televisi semenjak Rhoma Irama kembali ke televisi setelah 10 tahun lebih dicekal akibat masalah politis.
Parahnya lagi pada tahun 1991, Rhoma Irama dapat undangan taping di stasiun televisi RCTI untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Dalam acara di televisi swasta tersebut' Rhoma Irama berduet dengan Camelia Malik, adik Ahmad Albar' Vokalis God Bless.
Rhoma Irama yang asli sudah muncul, akhirnya Rhoma Irama KW pun gagal comeback setelah proyek albumnya batal dan ditolak oleh label rekaman manapun.
Proyek album baru molor, Nano Romanza justru berurusan dengan hukum karena terlibat KDRT. Bahkan pada tahun 1992, Nano Romanza masuk bui akibat kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya yang menolak dipoligami.
Untungnya Rhoma Irama yang mengetahui berita itu datang membantu Nano Romanza agar tidak terlilit kasus hukum lagi. Inilah untuk pertama kalinya Nano Romanza berjumpa dengan Rhoma Irama. Sempat ngobrol sebentar, Nano Romanza mengungkapkan rasa penyesalannya karena sudah menjadi plagiat atas sang raja dangdut.
Seusai kasus hukum selesai, Nano Romanza kembali melanjutkan proyek album yang tadinya molor tersebut. Album tersebut dirilis pada tahun 1994 dengan judul "Wayang". Dan pada tahun 1996, Nano Romanza merilis album terakhirnya di mayor label yang ternyata adalah daur ulang lagu-lagu Rhoma Irama lewat label rekaman Blackboard.
Masuk Pemilu 1997, Nano Romanza kembali melakoni show seperti dulu meski keadaannya sudah cukup berubah. Pernah suatu ketika Nano Romanza pentas di acara kampanye Partai Golkar' ia sempat diejek oleh salah satu massa pendukung partai beringin karena tidak mirip dengan Rhoma Irama.
Karir Nano Romanza pun meredup perlahan bagai meteor yang gagal menghantam bumi karena keburu hancur di atas atmosfir.
Ditambah masalah rumah tangganya kembali mengotori karirnya sebagai musisi. Bolak-balik ke meja hijau, bolak-balik ke penghulu menjadi rutinitas sehari-hari Nano Romanza di masa tuanya.
Tahun 2004, Nano Romanza merilis album yang diedarkan secara terbatas' album ini berjudul "Jagalah Keutuhan NKRI" dan difungsikan sebagai dukungan terhadap pencalonan Hj. Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten periode 2005-2010. Album ini menjagokan hits berjudul "Anak Kulon" dan "Krakatau Steel" yang terjual hanya beberapa ribu copy saja.
Tahun 2006, Nano Romanza merilis album paling terakhir dengan judul "Bintang Tamu". Setelah itu aktivitas bermusiknya terhenti karena seiring bertambahnya usia. Dan masuk awal tahun 2011, Nano Romanza mulai jatuh sakit' mirisnya Nano Romanza yang semula tinggal di rumah mewah kini harus tinggal di sebuah rumah kecil pinggir sungai.
Ia pun wafat pada tahun 2018 setelah bolak-balik mengeluh sakit dan kemudian dimakamkan di desa Kertasemaya, tanah kelahirannya.
Rolista Group yang didirikan Nano Romanza pun akhirnya bubar tanpa penjelasan.
*****