Kamis, 09 Juni 2022

Wawancara Dengan Faris Faza Ghaniyyu (Petinggi Hizbut Tahrir Jawa Barat)

 
Faris Faza Ghaniyyu

Saya pernah melakukan wawancara dengan Faris Faza Ghaniyyu, petinggi Hizbut Tahrir Jabar.
“Jadi antum ingin wawancara dengan ana ?” tanya Faris.
“Kalau anda bersedia, bisakah meluangkan sedikit waktu saudara” kata ku.
 Faris tersenyum. ”Ana punya waktu, sampai tengah malam pun ana sanggup. Pertanyaan apa yang antum ingin ajukan?”
“Apa yang mengejutkan bagi anda mengenai Pemilu 2024 ?”
 Faris menjawab…
“Mereka khawatir dengan masa setelah Pemilu 2024 nanti,
sehingga menyia-nyiakan keharmonisan mereka yang semu,
kadang dengan lebih mempercayai quick count daripada hasil rekapitulasi di TPS,
atau melakukan sujud syukur terlalu dini sebagai perayaan kemenangan.”

“Dengan ribuan bahkan jutaan pemilih dari sebuah “Tindakan Demokrasi”,
mereka memenuhi TPS seperti gerombolan semut mengerumuni gula.”

“Bahwa dengan semua hasil rekapitulasi yang fantastik,
dan fanatisme ideologi yang penuh karya besar
mereka masih bergulat dengan masalah receh seperti ini”

Tangan Faris memegang tanganku
dan aku diam sebentar.

Dan kemudian aku bertanya…

“Sebagai anak muda yang kritis, apa pelajaran kehidupan
yang ingin engkau ajarkan pada anak-anakmu kelak soal politik?”

“Agar mereka belajar bahwa agar kekuasaan mencintaimu,
buat mereka merasa menang untuk pengorbananmu.
Dan bila hal ini tidak bekerja,
buat hidup mereka seperti di pinggir rel kereta api.”

“Untuk belajar memaafkan setelah membunuh hak politikmu sendiri,
namun tidak lupa menyalahkan penguasa dan oposisi.”

“Untuk belajar bahwa hanya perlu beberapa detik
untuk membunuh cita-cita kebangsaan yang antum cintai,
dan perlu seumur hidup untuk membangkitkan semangatnya kembali.”

“Untuk belajar bahwa orang yang korup
bukanlah orang yang bekerja santai,
namun orang yang tahu bagaimana mendapat uang
dari sentimen ideologi politik seperti ini.”

“Untuk belajar bahwa ada orang-orang
yang mengatakan mereka mencintai antum sepenuh hati,
namun sesungguhnya berharap antum terbakar di atas api unggun pramuka
karena antum memiliki lebih banyak gratifikasi dari pada mereka.”

“Untuk belajar bahwa dua orang dapat
melihat satu hal yang sama
dan melihatnya berbeda,
namun perlu partai politik
untuk menjadikan hal itu sebuah kemudahan.”

“Untuk belajar bahwa tidaklah cukup bahwa mereka
memaafkan satu sama lain;
mereka harus mengikutkan ketua umum partai bersama mereka.”

“Terima kasih atas waktu anda,” kata saya penuh hormat.

“Apakah ada hal lain
yang antum ingin agar anak anda ketahui?” Tanya Faris

Faris tersenyum dan berkata,
“Hanya agar mereka tahu bahwa ana – hanyalah seorang martir.”