Senin, 06 September 2021

Tengku Zul Berdendang : Mentang-Mentang

Siapa yang tak kenal dia
Anaknya orang kaya raya
Hartanya berlimpah ruah
Tinggalnya di rumah mewah
 
Sayangnya dia tidak punya moral
Makanya dia agak sedikit nakal
Berlagak seperti warga kelas satu
Bikin tetangga kelewat cemburu
 
Mentang-mentang lahir dari keluarga kaya
Seenaknya saja main terjang disini dan disana
Mentang-mentang anak orang kaya raya
Semaunya permintaan dituruti semuanya
 
Naik motor mereknya Ducati
Naik mobil mereknya Ferrari
Kalau belanja di toko swalayan
Kalau makan hobinya ke restoran
 
Serba mewah pakaiannya
Serba cukup isi dompetnya
Serba ada di dalam rumahnya
Serba nikmat kehidupannya
 
Itulah manusia yang jadi budak harta
Itulah manusia yang dimabuk kuasa
Jangan mentang-mentang sok adidaya
Jangan mentang-mentang sok adikuasa
 
Apa engkau tidak takut kualat
Karena merasa paling hebat
Sebaiknya segeralah bertobat
Jadilah manusia yang bermartabat

Tengku Zul Berdendang : Malam Ini Kita Putus

Aku sudah muak
Aku sudah lelah
Aku sudah kecewa
Aku sudah menyesal
 
Menerima kenyataan ini
Tidak bisa diberi kompromi
Menerima keputusan ini
Sudah pasti tidak bisa memaklumi
 
Membuang waktu sia-sia
Menghabiskan tenaga sia-sia
Menuruti segala kemauanmu
Mengikuti gaya hidupmu
 
Mulai hari ini aku bukan kekasihmu
Untuk selama-lamanya
Mulai malam ini kita putus
Putus seputus-putusnya
 
Mimpiku kau gadai pengkhianatan
Khayalku kau jual kebohongan
Sejak saat itu kau adalah sampah
Mulai saat ini kau menjadi sampah

Tengku Zul Berdendang : Dimensi Kehidupan

Perbedaan diantara kita
Antara dirimu dan diriku
Perbedaan kita semua
Terpisahkan tembok tinggi
 
Mereka bangga karena berharta
Dimana ilmu tiada lagi berguna
Tata krama dianggap ketinggalan zaman
Kebebasan dianggap suatu kenikmatan
 
Bagaimana ini bisa terjadi ?
Kita terperangkap dalam dimensi
Entah mengapa bisa terjadi ?
Kehidupan ini terbagi dalam dimensi
 
Si miskin dan si kaya tak saling menyapa
Si miskin makan nasi seminggu sekali
Si miskin dan si kaya tak saling membantu
Si kaya makan hamburger setiap hari
 
Betapa pedihnya hidup ini
Ketika gengsi mudahnya dituruti
Rasa malu hilang dari nurani
Rasa jumawa membahana dalam jiwa
 
Jaket kusut tak cukup hangatkan tubuh ini
Selimut rajut tak cukup hangatkan kaki ini
Sebotol wiski tertuang di gelas ini
Lupa diri karena wiski racuni otak ini
 
Mungkinkah semua ini akan terus begini
Hidup susah jadi gelandangan selama ini
Ataukah semuai ini akan segera usai
Hidup bahagia di alam baka nanti

Tengku Zul Berdendang : September

Bulan september angin berhembus pelan
Bulan september daun-daun berguguran
Bulan september langit penuh awan
Bulan september penuh dengan kelembaban
 
Dunia menyambutnya dengan kegalauan
Dunia menyambutnya dengan kepiluan
Api membakar daun-daun yang berguguran
Akibat lamanya panas musim kekeringan
 
Burung berkicau di ranting yang tak berdaun lagi
Semut-semut kecil menggali lubang baru lagi
Dunia sekarang tidak sama lagi
Alam sekarang tidak indah lagi
 
Dingin sekali malam ini
Di bulan september ini
Dingin sekali hari ini
Di bulan september ini