Satu hal yang membuat netizen heran adalah kenapa Soni Eranata yang nyata-nyata mengidap Skizofrenia bisa mendapat panggung sosial ?
Penyebabnya adalah gaya bicaranya yang tidak mencerminkan penampilan dan tampangnya nan kontras.
Kontras dengan apa yang dilihat banyak orang bahwa Soni Eranata alias Maaher Atthuwailibi ini berprofesi sebagai pedagang buku dan parfum bisa jadi pendakwah walau perilakunya barbar.
Keluarga Soni Eranata mengungkapkan suatu rahasia yang selama ini disembunyikan. Ketika Soni Eranata wafat di dalam ruang tahanan, banyak spekulasi berseliweran.
Spekulasi itu berupa penyakit yang di-idapnya, menurut pernyataan resmi ia wafat akibat penyakit gangguan saluran pencernaan. Ada pula yang bilang kalau mendiang Soni Eranata ini wafat akibat tekanan bathin yang membuatnya tersiksa, bahkan celakanya lagi Soni Eranata disebut-sebut mengidap HIV karena disangkut pautkan dengan masa lalunya yang merupakan seorang Homo.
Namun, ketiga hal itu dibantah dengan bijak oleh pihak keluarga.
Justru bukan HIV dan Tekanan Bathin yang membuat Soni Eranata tutup usia dalam jeruji besi. Seperti yang dikatakan tadi, ia wafat akibat gangguan saluran pencernaan namun menurut keluarga itu bukan penyakit sensitif. Penyakit sensitif yang di-idap sebelum terserang gangguan pencernaan adalah sindrom skizofrenia.
Mendiang Ustadz Maaher dikenal punya masa lalu yang berantakan, ia dulunya merupakan anak badung yang kerap berbuat nakal.
Saat masih kelas 2 SLTA, Ustadz Maaher gemar bolos kuliah untuk ikut tawuran dan jajan di warung.
Kelakuannya yang indisipliner membuat bapak-ibunya kerap diundang ke sekolah. Meski sudah di bina oleh orantuanya hingga dipukuli di depan tetangga tidak membuat Soni Eranata remaja kapok babar blas.
Kenakalannya memuncak saat ia mulai bermain cinta, namun bukan cinta terhadap wanita melainkan terhadap sesama pria.
Soni Eranata diduga sudah lama terobsesi dengan orientasi Homoseksual namun keluarga tidak menyadarinya.
Puncaknya saat sedang istirahat ia pergi ke WC dan ia memergoki sesama siswa pria disana. Dan secara terang-terangan ia mengaku sebagai maho dan sudah beberapa kali menjalankan aksi nistanya.
Sampai akhirnya Soni Eranata kepergok berbuat mesum dengan sesama siswa pria yang membuatnya harus di drop out dari sekolahan padahal tahun itu pula ia akan menjalani Ujian Kenaikan Kelas 3.
Terlanjut membikin malu pihak sekolah dan keluarga, Soni Eranata pernah dikurung dalam kamar sebagai hukuman atas perbuatan gilanya itu.
Ayah Soni Eranata mengaku geram dengan perbuatan anaknya itu. Bahkan Soni Eranata pernah mengamuk di rumah dan membanting segala apa yang ada di sekitarnya.
Kejadian ini terjadi pada tahun 2008 saat Soni Eranata menginjak usia 16 tahun. Kemarahan Soni Eranata dipicu oleh tidak tahannya suasana selama dikurung dalam kamar selama seminggu.
Disinilah sindrom skizofrenia yang menjangkit jiwa raganya membuat Soni Eranata mulai berkata kasar dan mengumpat dengan kalimat-kalimat tidak logis.
Soni Eranata di-ibaratkan seperti orang mabuk, ngamuk-ngamuk tidak jelas dan pernah mengigau selama dikurung dalam kamar. Sindrom skizofrenia membuat mata hati Soni Eranata tertutup dan mulai membuatnya seperti binatang buas yang kerasukan.
Meski mengidap sindrom skizofrenia, salah satu sifatnya yang khas adalah sifat penakut. Meski kerap berkata kotor sayangnya dia sendiri adalah seorang penakut.
Soni Eranata mencoba untuk kabur dari dalam kamar lewat memecahkan kaca jendela. Namun, usahanya gagal dan pernah mengalami cedera serius akibat benturan saat sindrom skizofrenia yang di-idapnya membuat sosoknya berbeda dari yang lain.
Drop out dari SLTA, mendiang Soni Eranata dibawa ke Pesantren yang berfaham Wahabi Salafi, tepatnya di Yogyakarta.
Selama menjalani pendidikan di Pesantren Salafi, ia kerap berdebat dengan ustadz-ustadz senior. Perdebatannya itu kerap memancing emosi para santri lain yang membela ustadz-ustadz di pesantren tersebut.
Puncaknya ketika sedang jam makan siang, dalam sebuah prasmanan Soni Eranata berlagak layaknya seorang "Penguasa". Pemicunya sepele yakni rebutan lauk pauk saat antre makanan. Soni Eranata secara brutal melontarkan kata-kata yang kurang sopan dan bar-bar.
Ucapan bar-bar Soni Eranata memicu keributan antar para santri di ruang makan, bahkan pengasuh pondok pesantren yang mengetahui kejadian itu tidak bisa berbuat banyak.
Soni Eranata pun dikeluarkan dari pesantren akibat perilakunya yang bobrok dan juga ucapan kasarnya.
Setelah gagal menimba ilmu di Yogyakarta, Soni Eranata dipindahkan ke Bogor untuk mengikuti pengajian tertutup. Sejak saat itu Soni Eranata menjadi bagian dari Jama'ah Salafi yang kerap mengadakan pengajian tertutup tersebut.
Soni Eranata resmi menjadi bagian dari Salafi, bahkan ia juga bergabung dengan organisasi ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) dimana banyak ustadz-ustadz Salafi menjadi bagian dari struktur pengurus.
Soni Eranata bergabung dengan ANNAS lantaran jijik dengan Aliran Syiah yang menghalalkan kawin kontrak. Dari sinilah petualangan liarnya sebagai pendakwah salafi kian membahana.
Sosoknya mulai mencuat ke publik setelah berseteru dengan seorang ulama yang datang dalam acara bedah buku "Sejarah Wahabi". Soni Eranata emosi melihat ada seorang ulama yang tidak satu manhaj dengannya membeberkan rahasia dan sejarah salafi. Ulama tersebut bernama Syeikh Idahram, anggota Nahdlatul Ulama.
Kendati di Bogor ada Nahdlatul Ulama, pengaruh Salafi amat kental disana. Soni Eranata adalah satu diantara ratusan pendakwah bermanhaj salafi. Namun, istilah sebagai "Salafi" yang tersemat dalam alirannya tidak mencerminkan wataknya.
Soni Eranata mengklaim dirinya sebagai Salafi namun moralnya tidak pas dengan gaya busananya.
Namanya juga anak badung, Soni Eranata sejak lama suka berbuat keonaran karena sikap barbar layaknya suku pendalaman pemakan daging. Ia melabrak Syaikh Idahram karena menurutnya isi buku tersebut dianggap merendahkan dan melecehkan nama baik aliran Salafi.
Untungnya Soni Eranata berhasil ditenangkan oleh jamaah yang hadir dalam pertemuan itu. Soni Eranata baru sadar bahwa dirinya mengamuk saat bulan puasa dan ia mengklaim tindakkanya itu mencoreng kesucian bulan puasa.
Dan keonaran itu berakhir damai bahkan Soni Eranata pulang lebih cepat sebelum Maghrib.
Selanjutnya masih banyak kisah-kisah penuh kontroversi dari sosok ini. Namun, semua sudah tahu endingnya kan... Ia wafat di usia relatif muda dan meninggalkan banyak jejak buruk yang mengotori perjalanan hidupnya.
Baginya tidak ada hari tanpa mencela orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya.
Ia juga memusuhi pemerintah karena dianggap zolim lantaran membubarkan HTI pasca aksi bela islam di Monas. Kebetulan Soni Eranata juga ikut hadir ke sana saat menuntut hukuman bagi Ahok, Gubernur DKI kala itu.
Rupanya, segala yang terjadi pada Soni Eranata adalah bagian dari rencana Tuhan menghukumnnya.
Kenapa demikian ?
Tuhan mungkin sudah "Muak" terhadap hamba-hambaNya yang kerap mengatasnamakan agama demi kepentingan perut dan tabungannya belaka. Tuhan tidak suka dengan praktik seperti itu karena agama yang semula sakral dan suci menjadi alat pemuas nafsu berkuasa. Sungguh celaka bagi para investor kemunkaran yang membungkus kebencian atas nama pembelaan terhadap agama.
Soni Eranata telah jadi korban dari ulah dan perbuatannya sendiri yang menyeretnya ke jeruji besi dalam keadaan sakit parah. Petualangan barbar nya sudah berakhir namun jejaknya masih bisa kita temukan hingga hari ini. Kini ia telah menghadap YME untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sebagai manipulator agama.
*****